Pernikahan anak Sultan yang terjadi di Jogja

Sekitar 40 raja dari kerajaan-kerajaan Nusantara akan hadir dalam pernikahan putri bungsu Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, dengan Achmad Ubaidillah atau Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara, Selasa (18/10/2011) di Bangsal Kencono, Keraton Yogyakarta. Mereka akan menyaksikan kedua pengantin dipertemukan dalam upacara panggih di Bangsal Kencono.
"Raja-raja dari seluruh Nusantara akan hadir semua, antara lain Raja Siak, Raja Kasunanan Cirebon, Raja Kasunanan Mangkunegaran, Raja Lombok, dan Raja Ternate. Total ada sekitar 40 raja," kata Koordinator Panitia Pernikahan Agung Keraton Yogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Yudahadiningrat, Senin (17/10/2011) di Yogyakarta.
Sehari sebelum puncak pernikahan, para abdi dalem memasang tarup berupa hasil-hasil bumi, seperti pisang sesanggan, kelapa gading, daun keluwih, daun janur, daun puring, serta batang tebu. Tarup sebagai tanda dimulainya hajatan pernikahan.
Menurut Yudahadiningrat, total 2.515 undangan akan hadir dalam puncak pernikahan di Keraton Yogyakarta serta resepsi di Kepatihan. Sebanyak 1.015 undangan akan mengikuti prosesi panggih di Bangsal Kencono pukul 10.00, dan 1.500 undangan lainnya akan hadir pada resepsi di Kepatihan pukul 16.00.
Pada puncak acara pernikahan akan hadir pula Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, 20 menteri, 10 duta besar, dan beberapa tokoh, seperti mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Hamzah Haz. "Sesudah upacara akad nikah di Masjid Panepen dan panggih di Bangsal Kencono, kedua pengantin dan orangtua akan berjabat tangan dengan para tamu di Bangsal Proboyekso,” kata Yudahadiningrat.
Dari Bangsal Proboyekso, kedua pengantin akan menuju Bangsal Purworukmi untuk melakukan upacara tampa kaya dan dhahar klimah. Sekitar pukul 15.30, pengantin akan diarak dengan kirab kereta kencana dari Regol Keben menuju Kepatihan.
Selama berlangsung hajatan pernikahan ini, wisata di kompleks Keraton Yogyakarta ditutup sejak Minggu (16/10/2011) hingga Rabu (19/10/2011). Meski demikian, khusus pada ritual kirab, wisatawan dan masyarakat bisa menyaksikan arak-arakan pengantin bersama rombongan di sepanjang Jalan Malioboro. "Prosesi kirab bisa disaksikan masyarakat dan wisatawan," kata Kerabat Keraton Gusti Bendara Pangeran Haryo Prabukusumo.
Saat kirab, kedua pengantin akan diarak dengan kereta Kyai Jong Wiyat, kereta tua peninggalan Sultan Hamengku Buwono VII tahun 1881. Kereta itu berbentuk terbuka sehingga pengantin bisa dilihat langsung oleh publik.
Tradisi kirab dari Keraton Yogyakarta ke Kepatihan sendiri sudah lama tak dipraktikkan sejak zaman Patih Danureja V bertakhta di Kepatihan. Pada era Sultan HB VII, prosesi resepsi biasa diselenggarakan di Kepatihan.

Tidak ada komentar: