Pembenahan Sistem Transportasi Umum

Transportasi merupakan salah satu sarana atau pelayanan publik yang paling penting. Transportasi memengaruhi efektivitas setiap orang dalam beraktivitas sehari-hari, baik untuk urusan pekerjaan, liburan, dan lain-lain. Kemacetan lalu lintas yang terjadi hampir di setiap negara, baik besar maupun kecil, menjadi sebuah masalah penting yang perlu segera diselesaikan.
Bahkan Amerika, yang memiliki infrastruktur transportasi dan jalan yang sudah sangat lengkap dan besar, masih dirasa perlu untuk terus melakukan perbaikan dan pembangunan. Pembangunan dan perbaikan tersebut terutama bertujuan untuk mengurangi kemacetan. Hal ini terungkap dari sebuah survei nasional—Future of Transportation National Survey—yang dilakukan oleh Transporation for America.
Dari survei tersebut didapat kesimpulan bahwa sekitar 59 persen responden merasa perlu agar transportasi publik terus dibenahi dan diefisienkan, terutama kereta api dan bus. Mereka menginginkan sarana dan kemudahan dalam berjalan kaki serta bersepeda guna mengatasi kemacetan. Sementara itu, sekitar 38 persen responden merasa perlu untuk membangun lebih banyak jalan atau jalur, serta memperbaiki jalan-jalan yang sudah ada untuk mengurangi kemacetan lalu lintas.
Dari survei ini juga diketahui bahwa responden di Amerika sangat mementingkan dan mendukung akses transportasi publik yang lebih luas untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda.
Lebih dari 82 persen responden mengatakan bahwa Amerika akan sangat diuntungkan dengan adanya perbaikan dan pembenahan sistem transportasi umum seperti rel kereta dan jalur bis. Sekitar 56 persen “sangat setuju” dengan pernyataan ini. Ini adalah pendapat dan pandangan luas yang mewakili suara para responden dari setiap daerah di Amerika dan dari setiap jenis komunitas yang ada. Para responden pedesaan juga mayoritas setuju dengan pernyataan ini, walaupun mereka jauh lebih jarang menggunakan sarana transportasi umum dibandingkan masyarakat perkotaan Amerika.
Ketika ditanya tentang solusi untuk mengurangi kemacetan, lebih dari setengah responden (59 persen) memilih pembenahan sarana transportasi umum, yaitu dengan menyediakan sarana dan jalur yang lebih luas untuk berjalan kaki dan mengendarai sepeda dengan lebih nyaman, daripada membangun lebih banyak jalan dan menambah jalur atau jalan yang sudah ada.
Pada bagian survei yang lebih dalam, sekitar dua per tiga responden (66 persen) mengatakan mereka menginginkan lebih banyak pilihan sarana transportasi. Ini supaya mereka bisa lebih bebas memilih moda transportasi dan rute yang ingin ditempuh untuk sampai pada tujuan yang mereka inginkan. Banyak di antara responden kini merasa bahwa mereka tidak punya pilihan selain harus menyetir kendaraan mereka sendiri. Sebenarnya, mereka sangat ingin menghabiskan lebih sedikit waktu yang terbuang saat bekendara.
Satu dari lima responden secara keseluruhan harus menggunakan sarana transportasi umum seperti bis, kereta, atau feri untuk pergi ke sekolah, bekerja, berbelanja, atau aktivitas harian lainnya. Ada juga dari mereka yang harus berjalan dan naik sepeda. Dan, sangat sedikit dari mereka yang mengatakan lebih suka mengendarai kendaraan sendiri.
Di antara mereka yang tidak pernah naik bis, kereta, atau feri pada bulan-bulan terakhir ini menyatakan bahwa alasan utamanya adalah karena memang sarana itu tak tersedia di tempat mereka, atau kalaupun ada, sarana transportasi tersebut dirasa tidak nyaman. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, sebenarnya mereka lebih suka naik kendaraan umum daripada harus menyetir kendaraan mereka sendiri.
Jika orang-orang Amerika memberi masukan untuk persoalan transportasi publik ini, kita bisa melihat betapa pentingnya sarana transportasi umum ini. Sistem yang kini diterapkan dan sudah sangat sulit untuk diubah adalah memperbaiki jalur, jalan, atau jalan layang yang sudah ada sebelum membangun lebih banyak jalan lagi. Begitu kata Geoff Anderson dari Transportation for America. “Komitmen yang harus kita buat bersama harusnya adalah mengamankan semua jalan supaya anak-anak bisa bersepeda ke sekolah dan orang-orang lanjut usia bisa berjalan kaki saja untuk mencapai restoran atau toko yang berada tak jauh dari mereka,” sambungnya lagi.
Apakah kita harus memberi lebih banyak untuk transportasi publik? Para responden menganggap pemerintah harus lebih banyak berinvestasi atau mengalokasikan dana untuk sarana transportasi umum, bahkan jika perlu mengalokasikan hampir dua kali lipat dari sebelumnya. Saat ini alokasi dana pemerintah lebih banyak tercurah untuk jalan-jalan besar.

Responden Amerika rupanya mempunyai keinginan yang besar dan kuat untuk mengembangkan semua jenis transportasi publik, baik yang sudah tersedia maupun yang belum. Karenanya, mereka menginginkan agar pemerintah bisa lebih berperan aktif untuk memberikan dukungan finansial dalam hal ini. Agar transportasi publik serta segala sarana pendukungnya bisa berkembang dengan pilihan yang beragam, seperti bis, kereta, feri, serta jalur khusus untuk sepeda dan pejalan kaki.

Etika Berpakaian di Kampus

Pakaian merupakan salah satu kebutuhan manusia, di samping kebutuhan pangan dan papan. Manfaat berpakaian diantaranya juga menyangkut kesehatan, kesopanan, dan keindahan. Sebetulnya masih banyak kegunaaan berpakaian dalam kehidupan, tinggal dipandang dari mana orang melihatnya.
Masalah dunia berpakaian sebenarnya merupakan hak seseorang. Namun, di dalam bersekolah atau berkuliah ataupun bermasyarakathal tersebut perlu juga menyesuaikan dengan lingkungan dan atau kelompoknya, misalnya lingkungan PGSD/PG-PAUD. Mahasiswa PGSD/PG-PAUD merupakan calon guru atau pendidik, yang diharapkan oleh semua pihak kelak menjadi tokoh dan anutan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, mahasiswa tersebut perlu belajar untuk menuju kea rah tersebut. Megapa demikian?
Guru merupakan seorang pamong. Pamong tersebut harus memiliki jiwa dan semboyann “ Ing ngarsa sung tuladha”. Artinya, apabila guru berada di depan (masyarakat) harus bias menjadi dan member contoh, ia harus bertindak bijaksana, menjadi anutan masyarakat, adil dan dapat menunjukkan kemampuannya kepada masyarakat. Semboyan yang kedua “ing madya mangun karsa”. Artinya, apabila guru berada di tengah-tengah masyarakat, ia harus dapat menciptakan dedikasi yang tinggi, kemauan, semangat, kreasi dan kerja keras. Semboyan yang ketiga “Tut wuri hndayani”. Artinya, apabila guru itu ada dibelakang (menjadi anggota masyarakat biasa) harus mempunyai pengaruh yang berguna bagi masyarakat, memiliki kemampuan / kekuatan diri yang sewaktu-waktu dapat disumbangkan kepada sesama apabila diminta atau dikehendaki oleh mereka.
Dari gambaran di atas, dapat dipetik manfaatnya sebagai calon guru atau pendidik. Salah satu manfaat tersebut, mahasiswa dapat menerapkan bagaimana cara berpakaian yang sopan dan rapi. Berpakaian sopan menyangkut etika, dan rapi menyangkut keindahan. Kedua hal (berpakaian saopa dan rapi) tersevut apabila dijalankan secara tulus ikhlas merupakn modal utama didalam keteladanan sebagai seorang calon guru atau pendidik. Kelak bila sudah trjun dimasyarakat hal tersebut akan menjadi anutan para siswa termasuk masyarakat sekitarnya.
Berbicara mengenai etika berpakaian dilingkungan pendidik atau guru itu penting. Masalahya menyangkut harkat dan martabat seorang guru. Oleh karena itu, mahasiswa ketika masih di kancah: “ Carndradimuka” PGSD/PGPAUD perlu di godong atau dimatagkan tentang etika berpakaian. Dilingkungan pendidikan/PGSD/PD PAUD yang tugasnya memproduk guru (SD/TK/PAUD). Kata ‘’gutu’’ yang oleh masyarakat banyak sering diberi arti “digugu dan ditiru” harus dikembangkan, dibudibaya, atau dijaga agar makna tersebut benar-benar sesuai dengan realitas yang sebenarnya. Budaya berbapakian para mahasiswa PGSD/PG PAUD selama ini cukup bagus , bahkan setiap kelas telah menciptakan kreasisendiri-sendiri dalam berseragam batik. Siluar hari-hari tertentu yang arus mengunakan berpakaian seragam atas putih bawah hitam. Stiap kelas memiliki corak dan motif batik yang berwarna-warni. Ada yang bermotif bunga, anak panah, corak lengkung , dsb. Disamping ada yang berwarna coklat, hijau, biru, dsb yang dipadu dengan bawah gelap menambahkeindahan bagi pemakainnya. Hal tersebut menunjukkan diri bahwa para mahasiswa telah maju satu langkah tentang cara berpakaian sopan dan rapi. Kebiasaan ini perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
Dalam kenyataan sehari-hari, walaupun mahasiswa sudah membiasakan sedemikian rupa, tetapi masih ada satu atau dua oknum mahasiswaterrmassuk teman mainnya ( bukan mahasiswa PGSD / PG-PAUD ) ketika dating ke kampus mengenakan pakaian lain,seperti bercelana “ jeans” , mengenakan kaos tanpa “kerah leher” , memakai sandal “jepit” dsb. Hal kecil-kecil tersebut perlu di ingatkan dan dilarang sedini mungkin, agar tidak menular pada yang lainnya. Oleh karena itu, perlu penegakkan tata tertib berpakaian di kampus. Di samping itu juga kebiasaan merokok bagi semua penghuni kampus juag perlu dilarang bahkan harus diikuti peraturan yang tegas .
Kasus seperti diatas Alhamdulillah sekarang ini sudah jarang terjadi, itu hya oknum-oknum tertentu saja. Yang penting kita sebagai warga kampus PGSD/PG PAUD harus memiliki komitmen bersama bahwa hal tersebut melanggar tata tertib yang ada dan kita harus membiasakan diri untuk tertib. Apalagi mahasiswa bias melepaskan kebiasaan buruk itu, kedepan akan bisa memnjunjung tinggi semboyan “ Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani”. Semoga !
Amiin. Semoga saja harapan tersebut dapat terwujud dan semoga dengan bertambahnya pengetahuan kita dapat membimbing langakah kita kearah yang lebih baik. Memberi kesadari kesadaran akan pentingnya berbusana.

Pernikahan anak Sultan yang terjadi di Jogja

Sekitar 40 raja dari kerajaan-kerajaan Nusantara akan hadir dalam pernikahan putri bungsu Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, dengan Achmad Ubaidillah atau Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara, Selasa (18/10/2011) di Bangsal Kencono, Keraton Yogyakarta. Mereka akan menyaksikan kedua pengantin dipertemukan dalam upacara panggih di Bangsal Kencono.
"Raja-raja dari seluruh Nusantara akan hadir semua, antara lain Raja Siak, Raja Kasunanan Cirebon, Raja Kasunanan Mangkunegaran, Raja Lombok, dan Raja Ternate. Total ada sekitar 40 raja," kata Koordinator Panitia Pernikahan Agung Keraton Yogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Yudahadiningrat, Senin (17/10/2011) di Yogyakarta.
Sehari sebelum puncak pernikahan, para abdi dalem memasang tarup berupa hasil-hasil bumi, seperti pisang sesanggan, kelapa gading, daun keluwih, daun janur, daun puring, serta batang tebu. Tarup sebagai tanda dimulainya hajatan pernikahan.
Menurut Yudahadiningrat, total 2.515 undangan akan hadir dalam puncak pernikahan di Keraton Yogyakarta serta resepsi di Kepatihan. Sebanyak 1.015 undangan akan mengikuti prosesi panggih di Bangsal Kencono pukul 10.00, dan 1.500 undangan lainnya akan hadir pada resepsi di Kepatihan pukul 16.00.
Pada puncak acara pernikahan akan hadir pula Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, 20 menteri, 10 duta besar, dan beberapa tokoh, seperti mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Hamzah Haz. "Sesudah upacara akad nikah di Masjid Panepen dan panggih di Bangsal Kencono, kedua pengantin dan orangtua akan berjabat tangan dengan para tamu di Bangsal Proboyekso,” kata Yudahadiningrat.
Dari Bangsal Proboyekso, kedua pengantin akan menuju Bangsal Purworukmi untuk melakukan upacara tampa kaya dan dhahar klimah. Sekitar pukul 15.30, pengantin akan diarak dengan kirab kereta kencana dari Regol Keben menuju Kepatihan.
Selama berlangsung hajatan pernikahan ini, wisata di kompleks Keraton Yogyakarta ditutup sejak Minggu (16/10/2011) hingga Rabu (19/10/2011). Meski demikian, khusus pada ritual kirab, wisatawan dan masyarakat bisa menyaksikan arak-arakan pengantin bersama rombongan di sepanjang Jalan Malioboro. "Prosesi kirab bisa disaksikan masyarakat dan wisatawan," kata Kerabat Keraton Gusti Bendara Pangeran Haryo Prabukusumo.
Saat kirab, kedua pengantin akan diarak dengan kereta Kyai Jong Wiyat, kereta tua peninggalan Sultan Hamengku Buwono VII tahun 1881. Kereta itu berbentuk terbuka sehingga pengantin bisa dilihat langsung oleh publik.
Tradisi kirab dari Keraton Yogyakarta ke Kepatihan sendiri sudah lama tak dipraktikkan sejak zaman Patih Danureja V bertakhta di Kepatihan. Pada era Sultan HB VII, prosesi resepsi biasa diselenggarakan di Kepatihan.